Setiap Malam Jumat, Masyarakat Sampang Nyonson Keris dengan Kemenyan, ini Mistis?
![]() |
| Ilustrasi tradisi masyarakat Sampang membersihkan keris dengan kemenyan setiap malam Jumat. (Ilustrasi dibuat dengan AI Co-pilot/Tintanesia) |
Tintanesia - Ada tradisi yang tetap hidup dalam hening malam, tradisi yang tidak selalu diceritakan tetapi diwariskan dari orang tua kepada anak cucu melalui pengalaman, bukan kata-kata. Di Sampang, Madura, sebagian masyarakat masih melakukan ritual nyonson keris setiap malam Jumat. Asap kemenyan mengepul pelan, dan keris diputar ke depan, lanjut ke samping kanan, belakang, kiri, hingga kedepan lagi sebanyak tiga kali, seolah mengikuti ritme yang telah ditentukan oleh waktu.
Sebagian orang luar mungkin menganggap ritual tersebut aneh atau bahkan menakutkan, tetapi bagi masyarakat yang melakukannya, ini adalah bagian dari penghormatan terhadap pusaka yang dianggap memiliki nilai batin. Mengingat keris bukan sekadar logam yang ditempa, tetapi simbol perjalanan panjang manusia dan leluhur. Dalam ritual nyonson, waktu seolah melambat, dan batin manusia kembali terkoneksi dengan akarnya.
Kemudian, bagi yang mempercayai, ritual ini bukan sekadar tindakan membersihkan benda tua. Ritual ini dipercaya membuka jalan rezeki, menjaga rumah dari gangguan, serta memperkuat energi diri pemiliknya. Ada keyakinan bahwa malam Jumat adalah waktu terbaik untuk merawat keris. Hal itu karena alam spiritual lebih terbuka dan lebih mudah diakses melalui doa.
Makna Nyonson dan Hubungan Spiritual dengan Keris
Dalam budaya Jawa–Madura, keris bukan sekadar benda warisan. Pasalnya pusaka ini dianggap sebagai pusaka yang memiliki nilai rohani dan energi yang berhubungan dengan pemiliknya. Banyak masyarakat Sampang percaya bahwa keris memiliki penunggu atau isian yang hidup dalam dunia spiritual.
Ritual nyonson dilakukan untuk menjaga hubungan batin itu tetap harmonis. Saat keris diputar di atas asap kemenyan sebanyak tiga kali, gerakan itu dipercaya sebagai bentuk salam, penghormatan, dan penyelarasan energi. Tiga putaran melambangkan keseimbangan antara tubuh, pikiran, dan jiwa.
Kemudian, tradisi ini juga dilakukan untuk menjaga ketajaman batin, bukan hanya ketajaman fisik bilah keris. Banyak tetua mengatakan bahwa keris yang tidak dirawat akan kehilangan tuah, dan rumah akan kehilangan penjaganya. Karena itu, merawat keris bukan sekadar urusan benda, tetapi penjagaan terhadap warisan spiritual keluarga.
Kemenyan sebagai Penghubung Dunia Kasat Mata dan Energi Gaib
Kemenyan telah digunakan dalam berbagai tradisi spiritual di Nusantara, dan dalam ritual nyonson, kemenyan memegang peran penting. Asap putihnya diyakini sebagai pengharum dan memiliki energi dari dunia fisik ke dunia metafisik. Yakni, aroma khasnya menciptakan suasana hening yang memudahkan manusia memasuki keadaan batin yang tenang.
Sebagian masyarakat percaya, bahwa asap kemenyan dapat membangunkan energi yang tidur dalam keris. Saat asap menyentuh pamor keris, simbol-simbol di dalam bilah dipercaya kembali hidup dan selaras dengan energi pemiliknya. Dalam keyakinan tersebut, keris bukan benda mati, melainkan penjaga yang harus dihormati.
Serta, beberapa orang melakukan doa khusus atau dzikir tertentu selama prosesi nyonson. Bagi mereka, doa dan kemenyan adalah dua unsur yang saling melengkapi. Mereka percaya bahwa ritual tanpa kesadaran batin hanya menjadi gerakan kosong tanpa makna.
Ayam Jago sebagai Penanda Energi dalam Tradisi
Dalam sebagian keluarga yang masih memegang teguh tradisi Jawa, ayam jago menjadi simbol penjaga rumah dan penanda energi. Kokok ayam jago yang terdengar di tengah ritual nyonson, sering dianggap sebagai pertanda bahwa energi spiritual sedang merespon. Ada yang percaya bahwa ayam jago mampu merasakan getaran yang tidak terlihat mata manusia.
Ayam jago juga dianggap sebagai simbol keberanian dan keteguhan hati. Dalam tradisi mistik, hewan ini dipercaya mampu menolak energi buruk yang mungkin mengganggu ritual. Karena itu, rumah yang masih merawat keris sering memelihara ayam jago, bukan sekadar sebagai hewan ternak, tetapi bagian dari harmoni spiritual keluarga.
Kemudian, ada kepercayaan bahwa jika ayam jago gelisah atau berkokok tidak seperti biasanya saat ritual berlangsung, itu menjadi tanda sesuatu perlu diperhatikan. Hal ini membuat ayam jago menjadi bagian dari kebiasaan kepercayaan orang Jawa yang masih hidup sampai hari ini.
Mistis atau Tradisi Spiritual yang Diwariskan?
Pertanyaan apakah ritual nyonson ini mistis atau tidak, mungkin tidak memiliki satu jawaban yang pasti. Bagi sebagian orang, ritual tersebut hanya simbol budaya yang layak dilestarikan. Tetapi bagi sebagian lain, ritual ini adalah cara menjaga hubungan dengan leluhur, energi rumah, dan diri batin.
Tradisi ini juga menunjukkan bahwa spiritualitas tidak selalu tentang ajaran tertulis atau ritual formal. Ada kepercayaan yang bertahan karena dijalani, dirasakan, dan diwariskan melalui pengalaman. Dalam kebudayaan Sampang, ritual nyonson menjadi bagian dari identitas dan cara menjaga keseimbangan batin manusia dengan alam semesta.
Sehingga akhirnya, apa yang tampak mistis bagi sebagian orang, justru menjadi sumber ketenangan dan bagi yang menjalaninya. Dalam hening malam Jumat, ketika asap kemenyan naik pelan, manusia hadir bukan sebagai sosok modern, tetapi sebagai bagian dari warisan yang lebih tua dari dirinya.*
Penulis: Fau
