Ungkap Keangkeran Sawah Kembar di Plakaran Sampang
![]() |
| Ilustrasi sawah kembar di Desa Plakaran, Sampang, dengan nuansa mistis dan spiritual. (Ilustrasi ini dibuat dengan AI Co-pilot/Tintanesia) |
Tintanesia - Kenapa sawah di Kampung Kembung Desa Plakaran Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang dianggap angker. Bahkan saking angkernya, lahan ini berani digarap. Hal itu bukan tanpa alasan, ternyata ada beberapa kisah mistis selain S (Petani tembakau Pamekasan dengan Ular Raksasa).
Jauh dari itu, ternyata sawah kembar menyimpan kisah mistis yang layak diperhatikan. Kok gitu? Sebab berhubungan dengan Ke' Lésap (Tokoh yang berkenaan dengan nama-nama kabupaten di Madura). Selain itu, juga berkaitan dengan Ki Kalamingmang (Bujhu' Bukér).
Asal-Usul Keramat Sawah Kembar
Menurut penuturan salah satu sesepuh desa, Asit, sejarah keramatnya sawah kembar terkait erat dengan zaman Kerajaan Madura Barat. Yakni pada masa itu, seorang guru bernama Bhuju' Bukér memiliki santri yang dikenal dengan nama Ké' Lésap. Kehebatan sang murid ini dalam hal spiritual dan kemampuan sangat luar biasa.
Diceritakan, bahwa Ke Lesap pernah diperintahkan untuk membajak sawah di Desa Plakaran. Pasalnya jarak dua desa ini sekitar 5 kilo meteran.
Keajaiban terjadi ketika sawah tersebut sudah tertata rapi (Sudah dibajak) meski Ke Lesap sama sekali belum beranjak dari tempatnya. Peristiwa ini menjadi alasan utama mengapa sawah kembar dianggap keramat hingga sekarang.
Fenomena ini seakan meninggalkan kesan mendalam bagi warga setempat, yang kemudian meyakini bahwa sawah kembar memiliki energi spiritual tinggi.
Kejadian-kejadian tersebut dikisahkan secara turun-temurun dan membentuk pandangan mistis yang kuat di masyarakat Plakaran. Asit menekankan, bahwa kekeramatan Ké' Lésap ini harus dihormati agar keharmonisan antara manusia, alam, dan leluhur tetap terjaga.
Peristiwa Mistis yang Memperkuat Keangkeran
Selain legenda masa kerajaan, sawah kembar juga menyimpan cerita mistis di era modern. Yakni pada 1988, ada seorang yang nyinden di dekat sawah, dia tidak bisa berhenti nyinden meski sudah sampai ke rumahnya. Bahkan diceritakan tidak bisa berhenti nyinden selama tiga hari tiga malam, dan akhirnya meninggal.
Kejadian tragis itu, menimbulkan rasa kagum sekaligus takut dari warga terhadap energi yang ada di sawah kembar.
Dua tahun kemudian, pada 1990, seorang pekerja mencoba membajak sawah menggunakan sapi. Namun, sapi tiba-tiba lari dan menyebabkan kemalangan pada pemiliknya. Peristiwa ini menegaskan bahwa sawah kembar bukan lahan pertanian biasa, melainkan tempat yang memerlukan penghormatan dan kewaspadaan.
Asit menambahkan, bahwa pengalaman warga dengan sawah kembar selalu terkait dengan adanya energi yang lebih tinggi dan tak terlihat. Fenomena supranatural tersebut, membentuk kesadaran kolektif masyarakat untuk selalu menjaga kesucian lahan dan menghormati kekuatan spiritual yang ada.
Hubungan Spiritual antara Sawah dan Alam
Sawah kembar hingga tahun 2025 ini tetap dibiarkan, alias tidak ditanami apa pun. Hal itu, karena dianggap angker oleh masyarakat setempat. Yakni lahan yang luas dan rapi itu disangka menyimpan energi mistis yang kuat, sehingga warga memilih tidak menanamnya karena takut.
Sehingga keheningan dan ketertiban sawah kembar, seakan mencerminkan hubungan yang harmonis antara manusia, alam, dan kekuatan gaib yang dipercayai masih hadir.
Menurut Asit, membiarkan sawah kembar tidak ditanami apa-apa, berarti mempertahankan keseimbangan spiritual dan menghormati leluhur yang pernah mengawasi lahan tersebut.
Namun dari dulu hingga sekarang, tidak ada ritual selamatan untuk sawah kembar ini. Kendatipun demikian, arga desa percaya bahwa membiarkan lahan tetap kosong menjadi cara terbaik untuk menjaga keselamatan dan keharmonisan energi di lokasi tersebut.
Dengan cara itu, sawah kembar tetap menjadi simbol sekaligus pusat perhatian masyarakat sebagai tempat angker di sana. Bahkan kisah itu diwariskan secara turun menurun.
Kontinuitas Misteri dan Kekeramatan
Fenomena sawah kembar di Desa Plakaran menunjukkan bagaimana masyarakat menjaga warisan spiritual dengan penuh hormat. Kisah Ke Lesap, peristiwa nyinden, dan pengalaman pekerja yang celaka menjadi bagian dari memori kolektif yang menegaskan pentingnya menghormati kekuatan alam dan gaib.
Interaksi antara manusia dan energi tak terlihat di fenomena sawah kembar, mengajarkan bahwa hal mistis bukan sekadar cerita, tetapi bagian nyata dari kehidupan sehari-hari. Kesadaran ini tentu membantu masyarakat mempertahankan aura keramat sawah kembar sekaligus menjaga keharmonisan alam untuk generasi yang akan datang.
Sawah kembar tetap menjadi saksi sejarah sekaligus simbol spiritual yang mengajarkan pentingnya menghormati alam dan leluhur. Fenomena mistis yang muncul di lokasi ini, tentu berfungsi sebagai pengingat agar manusia selalu bersikap bijaksana dan penuh hormat.*
Penulis: Fau
