Semeru Erupsi Lagi, Berkaitan dengan Ramalan Mistis Jayabaya?
![]() |
| Ilustrasi erupsi Gunung Semeru dengan nuansa mistis dan simbol penjaga gaib. (Ilustrasi dibuat dengan AI Co-pilot/Tintanesia) |
Tintanesia - Gunung Semeru di Lumajang Jawa Timur tidak hanya dikenal sebagai salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia, tetapi juga menjadi tempat yang dipenuhi mitos, simbol, dan cerita mistis yang hidup dalam budaya masyarakat Jawa.
Terkenal di mata masyarakat bahwa setiap gunung ini erupsi, bukan sekadar fenomena geologis, tetapi dianggap sebagai tanda alam yang menyimpan pesan. Pandangan semacam ini membentuk cara masyarakat memaknai bencana, harapan, serta hubungan manusia dengan alam semesta.
Sebagian warga mempercayai bahwa Semeru bukan gunung biasa, melainkan pusat energi spiritual yang terus berinteraksi dengan manusia. Ketika puncaknya mengeluarkan suara dentuman atau semburan material vulkanik, masyarakat menganggapnya sebagai pesan agar manusia memperbaiki sikap, menjaga perilaku, dan tidak berlebihan dalam mengeksploitasi alam. Keyakinan semacam ini telah diwariskan dari generasi ke generasi dan tetap hidup hingga sekarang.
Bagi sebagian penduduk di sekitar kawasan gunung, erupsi bukan sekadar peristiwa fisik, tetapi juga bagian dari siklus kosmis yang dipercaya telah diramalkan jauh sebelum masa modern. Narasi spiritual, legenda kuno, serta kisah para pendaki menjadi bagian dari identitas Semeru yang penuh makna dan misteri.
Erupsi sebagai Tanda Alam dan Ramalan Masa Depan
Kepercayaan bahwa erupsi merupakan pertanda alam telah mengakar kuat di masyarakat Jawa Timur. Banyak warga memandang peristiwa ini sebagai pesan agar manusia lebih waspada dan bersikap rendah hati di hadapan kekuatan alam.
Erupsi dianggap sebagai panggilan untuk kembali menghargai keseimbangan, karena gunung tidak pernah marah tanpa alasan. Sebagian warga meyakini, bencana yang terjadi adalah reaksi alam terhadap sikap manusia yang mulai kehilangan kesadaran spiritual.
Filosofi tersebut turut berkaitan dengan legenda Jayabaya, raja Kediri yang dikenal karena ramalannya yang misterius. Beberapa orang menghubungkan aktivitas Gunung Semeru dengan nubuat bahwa suatu hari Pulau Jawa akan terbelah akibat gempa dan letusan besar.
Meskipun ramalan tersebut tidak pernah dibuktikan secara ilmiah, kepercayaan itu tetap terpelihara dalam ingatan kolektif masyarakat, bahkan menjadi bagian dari percakapan setiap kali gunung memasuki fase erupsi.
Bagi sebagian pelaku spiritual, ramalan Jayabaya bukan sekadar prediksi bencana, tetapi simbol transformasi. Mereka memandang bahwa letusan mengandung pesan perubahan, baik secara sosial maupun batin. Erupsi dianggap sebagai momen ketika alam mengingatkan manusia untuk berdamai dengan diri, menghormati kekuatan bumi, dan tidak melupakan nilai keseimbangan dalam hidup.
Penjaga Gaib Semeru dan Mitos yang Tetap Hidup
Selain ramalan besar, Semeru juga dikenal sebagai gunung dengan penjaga gaib yang dipercaya masih mengawasi kawasan tersebut. Salah satu sosok yang sering disebut dalam cerita-cerita spiritual adalah Mbah Dipo.
Dalam pandangan sebagian warga, sosok ini adalah penjaga tak kasatmata yang memberi peringatan kepada pendaki agar menjaga sikap dan ucapan selama berada di wilayah Semeru. Kisah tentang Mbah Dipo bukan hanya tentang ketakutan, melainkan tentang rasa hormat terhadap alam.
Di jalur pendakian, terdapat pula legenda Arco Podo, dua sosok penjaga gerbang yang dipercaya sebagai prajurit Majapahit. Masyarakat percaya, keberadaan mereka tidak akan terlihat oleh sembarang orang. Cerita ini berkembang menjadi bagian dari etika pendakian, di mana pendaki diingatkan untuk tidak bertindak sembarangan, apalagi melakukan hal yang dianggap tidak sopan.
Cerita-cerita tersebut mungkin tidak bisa dibuktikan secara fakta, tetapi keberadaannya menciptakan atmosfer spiritual yang khas. Masyarakat setempat percaya, penjaga gaib tidak bertujuan menakut-nakuti, melainkan menjaga keseimbangan antara dunia manusia dan dunia tak terlihat.
Ranu Kumbolo, Tanjakan Cinta, dan Kisah Para Pendaki
Selain kisah penjaga gaib, kawasan Semeru juga menyimpan legenda di sekitar Ranu Kumbolo, sebuah danau tenang yang dipandang suci oleh masyarakat. Danau ini dipercaya dijaga oleh sosok dewi yang menjelma menjadi ikan mas. Karena itu, warga melarang penangkapan ikan di kawasan tersebut. Larangan semacam ini bukan sekadar aturan adat, tetapi bagian dari penghormatan spiritual terhadap penjaga alam.
Di dekat danau tersebut terdapat Tanjakan Cinta, tempat yang penuh mitos di kalangan pendaki. Konon, siapa pun yang mampu mendaki jalur ini tanpa menoleh ke belakang akan berjodoh dengan orang yang dicintai.
Sebaliknya, jika seseorang memikirkan masa lalu atau mantan kekasih saat mendaki, dipercaya akan mengalami kesialan dalam hubungan. Mitos ini berkembang menjadi pengalaman emosional bagi para pendaki, seolah-olah jalur tersebut menguji keteguhan hati.
Tradisi, Keyakinan, dan Identitas Semeru
Mitos, legenda, dan keyakinan mistis yang hidup di sekitar Gunung Semeru bukan sekadar dongeng yang diwariskan secara turun-temurun. Cerita-cerita itu menjadi cara masyarakat menjaga hubungan harmonis dengan alam, sekaligus bagian dari identitas budaya yang membentuk cara pandang terhadap gunung. Kepercayaan tersebut mengingatkan bahwa manusia hanyalah bagian kecil dari semesta yang luas.
Bagi sebagian orang, Semeru adalah guru diam yang memberikan pelajaran melalui suara dentumannya, embusan angin yang dingin, dan momen ketika matahari terbit dari balik puncaknya. Hubungan antara manusia dan Semeru menjadi refleksi hidup tentang penghormatan, kesadaran, dan penerimaan terhadap misteri yang tidak selalu harus dijelaskan.
Pada akhirnya, Semeru berdiri sebagai saksi perjalanan waktu. Gunung ini menyimpan lapisan cerita sejarah, kepercayaan spiritual, dan kisah manusia yang mencari makna. Di antara debu erupsi dan legenda kuno, Semeru tetap menjadi tempat yang memanggil, menguji, dan memikat siapa pun yang mendekat dengan hati terbuka.*
Penulis: Fau
