Lihat Hantu Nyata, Esun: Lidahnya Panjang

Ilustrasi pemuda Madura menaiki sepeda melihat sosok tua bermulut darah di jembatan sawah malam hari.
Ilustrasi sosok tua bermulut darah yang dilihat Esun saat pulang latihan silat di Jrengik. (Ilustrasi dibuat dengan AI Co-pilot/Tintanesia).

Tintanesia - Di balik kehidupan masyarakat Madura yang religius dan sederhana, ternyata ada yang memiliki pengalaman nyata yang terkadang sulit dijelaskan dengan logika. Bukan cerita turun-temurun atau dongeng masa lampau, tetapi kisah yang benar-benar dialami seseorang dalam keadaan sadar. Itulah yang dialami Esun, seorang pemuda asal Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang.

Peristiwa itu terjadi bukan di tempat angker yang terkenal, melainkan di jalan persawahan yang biasa ia lewati setiap selesai latihan silat. Malam berjalan tenang, tanpa firasat apa pun, hingga sebuah sosok tak wajar muncul di depan matanya. Sejak malam itu, perjalanan pulang bukan lagi sekadar rutinitas, tetapi momentum yang mengubah pandangannya tentang dunia kasatmata.

Dalam perjalanan sejauh lima kilometer dari padepokan menuju rumahnya, tepat satu kilometer setelah bersepeda pulang, sesuatu yang tidak biasa berdiri di atas sebuah jembatan kecil di area persawahan. Di sanalah pengalaman yang sulit dilupakan itu terjadi.

Pertemuan Mengejutkan di Jembatan Sawah

Diceritakan Esun, waktu itu dia mengayuh sepeda ontelnya perlahan melewati jalan desa yang sunyi. Lampu sepeda kecil menjadi satu-satunya penerang di tengah gelapnya persawahan. Aroma tanah basah dan suara jangkrik menjadi latar perjalanan yang awalnya terasa biasa dan damai.

Di depan, terlihat sosok lelaki tua duduk mematung di jembatan kecil. Tubuhnya kurus, pakaiannya lusuh, dan posisi mulutnya menganga seolah ingin berbicara. Jembatan itu memang dikenal sepi, jarang dilalui orang di malam hari, sehingga keberadaan sosok itu membuat langkah kayuhannya terasa berat.

“Awalnya saya kira itu orang tua yang duduk capek habis pulang dari sawah,” tutur Esun kepada Tintanesia, berusaha menahan raut ketakutan saat menceritakan kembali pengalaman tersebut.

Dengan sopan sebagaimana kebiasaan masyarakat Madura, Esun mencoba menyapa saat melewati sosok tersebut. Namun jawaban yang datang bukan suara, melainkan sesuatu yang jauh lebih mengejutkan. Kakek itu menatap kosong dengan lidah terjulur panjang, merah, dan mengeluarkan darah yang mengalir dari sudut bibirnya.

Reaksi Spontan yang Tidak Terlupakan

Pemandangan itu membuat seluruh tubuh Esun bergetar. Sepedanya berguncang kecil karena ia kehilangan fokus seketika. Udara malam yang awalnya terasa biasa berubah menjadi dingin menusuk, menambah ketegangan mencekam dalam perjalanan tersebut.

“Darahnya benar-benar terlihat mengalir. Lidahnya panjang, merah menyala, bukan seperti manusia biasa. Saya langsung membaca doa sambil menunduk,” ungkapnya dengan suara bergetar.

Setelah melewati sosok itu, Esun tidak berani menoleh ke belakang. Setiap kayuhan terasa seperti dikejar bayangan yang mengikuti tanpa suara. Pikiran Esun penuh tanda tanya, namun rasa takut jauh lebih dominan dibanding rasa penasaran yang muncul sesudahnya.

Sesampainya di rumah, ia tidak langsung bercerita kepada siapa pun. Tubuhnya masih gemetar, dan bayangan wajah sosok itu terasa terus menempel di pikirannya. Meskipun sudah membaca doa, ketegangan malam itu masih terasa hingga ia mencoba memejamkan mata.

Keyakinan, Rasa Takut, dan Makna di Baliknya

Bagi Esun, pengalaman ini bukan sekadar kejadian menyeramkan, tetapi sesuatu yang membuka pemahaman baru tentang realitas yang tidak terlihat. Banyak orang mungkin akan meragukan kisah ini, namun baginya, apa yang dilihat malam itu terlalu nyata untuk dianggap hanya ilusi.

Lingkungannya memang tidak asing dengan cerita mengenai makhluk gaib, tetapi pengalaman ini berdiri sendiri sebagai kejadian yang dialami secara langsung. Tidak ada unsur sugesti, tidak ada cerita sebelumnya, hanya perjalanan pulang yang berubah menjadi peristiwa luar biasa.

“Sampai sekarang, kalau lewat situ saya tetap membaca doa. Bukan karena saya ingin ingat kejadian itu, tapi karena saya tidak ingin bertemu lagi,” jelasnya pelan.

Hingga kini, Esun tidak pernah melihat sosok tersebut kembali. Namun bayangan itu tetap menjadi bagian dari ingatannya, bukan sebagai legenda, tetapi sebagai pengalaman hidup yang nyata dan menggetarkan.

Misteri yang Tidak Perlu Jawaban

Kisah Esun menjadi pengingat bahwa realitas tidak selalu terbatas pada apa yang dapat disentuh atau dijelaskan. Ada bagian dari kehidupan yang hadir tanpa permisi, seperti pesan dari alam lain yang tetap memilih diam.

Pengalaman ini bukan untuk menakut-nakuti, tetapi sebagai catatan bahwa manusia kadang berjalan berdampingan dengan sesuatu yang tidak terlihat. Entah itu makhluk gaib, energi, atau fenomena spiritual, keberadaannya tetap menjadi misteri.

Seperti kata Esun sebelum mengakhiri ceritanya: “Saya tidak tahu apa itu. Yang saya tahu, saya melihatnya dengan mata kepala sendiri.”

Penulis: Fau

Posting Komentar