Gunung Welirang Menyimpan 8 Hal Mistis, Benarkah?
![]() |
| Ilustrasi suasana mistis Gunung Welirang pada malam berkabut, menggambarkan nuansa spiritual dan legenda yang hidup di lerengnya. (Ilustrasi ini dibuat dengan AI Co-Pilot/Tintanesia) |
Tintanesia - Di balik kabut tebal dan aroma belerang yang khas, Gunung Welirang menyimpan kisah yang lebih tua dari jejak pendaki mana pun. Gunung yang berdiri gagah di antara Batu dan Mojokerto, Jawa Timur ini bukan sekadar tempat wisata alam loh, melainkan ruang sunyi yang dihuni oleh legenda dan mitos. Setiap langkah di lerengnya bagai mengetuk pintu dunia gaib yang hidup berdampingan dengan dunia manusia.
Bagi masyarakat sekitar, Welirang bukan sekadar puncak berkabut, melainkan istana bagi roh penjaga yang menjaga keseimbangan alam. Tak heran, para pendaki kerap diingatkan untuk menjaga sikap dan ucapan, sebab gunung ini dipercaya mendengar setiap kata yang terucap. Di sinilah petualangan dan spiritualitas bertemu, membentuk pengalaman yang tak terlupakan.
Gunung Antara Dunia Nyata dan Alam Gaib
Gunung Welirang sejak lama dianggap sebagai “pintu antara dua alam”. Dalam bahasa Jawa, welirang berarti belerang, unsur panas bumi yang sering dikaitkan dengan kekuatan pembersihan dan perlindungan dari roh jahat. Tak hanya bagi pendaki, bagi masyarakat sekitar, setiap letupan kecil dan asap belerang yang mengepul diyakini sebagai tanda kehidupan dari sang penjaga gunung.
Kepercayaan ini berakar dari sejarah panjang masyarakat agraris yang hidup berdampingan dengan alam. Mereka melihat gunung sebagai sosok yang hidup, yang perlu dihormati. Karenanya, setiap tahun diadakan ritual selamatan dan larung sesaji untuk memohon keselamatan serta menjaga keseimbangan antara manusia dan alam gaib.
Simbolisme dan Arti Mistis di Balik Mitos Welirang
Gunung Welirang dianggap simbol dari keseimbangan antara panas dan dingin, hidup dan mati, dunia kasatmata dan tak kasatmata. Asap belerang yang keluar dari kawahnya dipercaya sebagai napas para leluhur yang masih mengawasi keturunan mereka di bawah lereng.
Batu-batu besar yang tersebar di jalur pendakian sering dipandang sebagai tempat bersemayamnya makhluk penjaga. Tak jarang, pendaki yang lalai menghormati tempat tersebut mengaku tersesat meski jalur sudah jelas. Di mata masyarakat sekitar, gunung ini adalah guru sunyi. yakni yang mengajarkan kesabaran, kerendahan hati, dan rasa hormat terhadap alam.
Gunung Welirang Nyimpan 8 Hal Mistis
Berikut ini adalah 8 hal mistis yang ada di Gunung Welirang sesuai dengan hasil penelusuran Tintanesia:
1. Mitos Sosok Nyi Kuning, Penjaga Kawah Welirang
Penduduk sekitar percaya pada sosok gaib bernama Nyi Kuning, penunggu utama kawah Welirang. Ia digambarkan sebagai perempuan berbusana kuning keemasan, berjalan di antara asap belerang menjelang sore.
Bagi penambang dan pendaki yang kerap naik turun gunung, Nyi Kuning bukan sosok menakutkan. Ia dianggap pelindung yang menjaga agar manusia tidak melampaui batas. Namun, konon siapa pun yang bersikap sombong atau berbicara kasar di area kawah bisa tersesat, bahkan diselimuti kabut tanpa arah pulang.
2. Suara Gamelan dari Dalam Kabut
Beberapa pendaki mengaku mendengar alunan gamelan di tengah malam ketika mendirikan tenda di lereng. Irama halus itu terdengar samar, seperti berasal dari kejauhan yang tak terjangkau.
Masyarakat sekitar meyakini suara tersebut sebagai pertanda sedang berlangsungnya pesta alam gaib. Pendaki disarankan tidak mencari sumber suara, cukup diam dan menghormati. Suara gamelan itu dianggap sebagai simbol bahwa manusia tidak sendirian di punggung Welirang.
3. Batu Kursi Para Leluhur
Di jalur antara Pos Kokopan menuju puncak, terdapat batu besar menyerupai kursi. Warga setempat menamainya “Batu Kursi Para Leluhur”. Mereka percaya tempat itu menjadi singgasana roh penjaga yang memantau siapa pun yang lewat.
Pendaki yang berhenti di sana biasanya menundukkan kepala sejenak. Bukan karena lelah, melainkan sebagai tanda hormat. Menurut kepercayaan lama, berbicara sembarangan atau beristirahat tanpa permisi di sekitar batu bisa mendatangkan kesialan kecil seperti kehilangan barang atau tersesat jalur.
4. Asap Putih yang Mengantar Pendaki
Beberapa saksi mata mengaku pernah melihat gumpalan asap putih mengikuti mereka hingga puncak. Asap itu bergerak lembut, seolah menunjukkan jalan.
Mitos mengatakan asap tersebut adalah roh penjaga yang menuntun pendaki agar tidak tersesat. Namun, bagi yang berperilaku sombong, asap itu justru bisa menutupi pandangan dan membuat mereka kehilangan arah. Mitos ini mengingatkan agar manusia tidak menantang alam, melainkan menyatu dengannya.
5. Larangan Membuang Sampah Sembarangan di Kawah
Kawah Welirang dianggap sebagai tempat suci, dan membuang sesuatu sembarangan diyakini bisa mengundang murka penghuni gaibnya. Penambang belerang bahkan memiliki aturan tak tertulis: jangan pernah meninggalkan sampah atau benda pribadi di sana.
Kisah turun-temurun menyebutkan ada pendaki yang pernah kehilangan arah setelah tanpa sengaja menjatuhkan botol plastik ke kawah. Setelah meminta maaf dan melakukan doa kecil, barulah ia menemukan jalan pulang. Nilai yang tersirat jelas, yaitu hormati alam sebagaimana menghormati sesama.
6. Pohon Keramat di Jalur Cangar
Di jalur pendakian via Cangar, terdapat pohon besar yang disebut pohon keramat. Pendaki biasanya melewati tanpa bersuara, karena pohon itu dipercaya sebagai tempat bersemayamnya makhluk halus penuntun.
Konon, siapa pun yang berbicara tidak sopan di dekat pohon itu akan mendengar suara bisikan aneh di telinganya. Mitos ini menjadi pengingat agar setiap langkah di gunung dilakukan dengan kesadaran penuh, bukan sekadar mengejar puncak.
7. Harimau Penjaga Malam
Banyak penambang dan warga desa Tretes percaya ada harimau gaib yang menjaga hutan Welirang. Hewan ini tidak pernah menyerang, hanya muncul sekilas di malam hari untuk menandai batas antara wilayah manusia dan wilayah gaib.
Kehadirannya dianggap pertanda baik, simbol bahwa gunung masih dijaga roh leluhur yang berwujud hewan pelindung. Harimau itu dipercaya menjaga keseimbangan ekosistem dan menegur manusia yang merusak hutan.
8. Kabut Sebagai Penanda Amarah Gunung
Kabut di Welirang tak sekadar fenomena alam, melainkan pesan dari sang gunung. Warga percaya, ketika kabut turun terlalu tebal, berarti gunung sedang “menutup diri”.
Pendaki yang bijak akan berhenti sejenak, berdoa, atau bahkan menunda perjalanan. Dalam pandangan spiritual Jawa, kabut adalah selimut gaib yang melindungi manusia dari sesuatu yang belum waktunya terlihat. Di situlah keindahan mitos hidup, yaitu, antara ketakutan dan penghormatan yang berjalan beriringan.
Mitos di Gunung Welirang ini Kearifan Lokal?
Mitos-mitos di Gunung Welirang bukan sekadar cerita lama untuk menakuti pendaki. Kepercayaan itu termasuk warisan kebijaksanaan yang mengajarkan rasa hormat terhadap alam dan kesadaran spiritual dalam setiap langkah.
Entah benar atau tidak, kisah-kisah itu membuat pendakian di Welirang lebih dari sekadar perjalanan fisik, artinya termasuk perjalanan batin juga. Jadi begitulah informasin terkait gunung ini. Terimakasih.*
Penulis: Fau
