Pelatihan Adat se-Nagari Kuranji Hulu Hidupkan Nilai Budaya Minang
![]() |
| Situasi Pelatihan Adat di Nagari Kuranji Hulu/Tintanesia/Jek |
Tintanesia, Padang Pariaman - Pelatihan adat di Nagari Kuranji Hulu, Kecamatan Sungai Geringging, Kabupaten Padang Pariaman, berlangsung sukses dan penuh semangat. Kegiatan yang digelar di delapan korong itu menjadi bukti nyata kebersamaan masyarakat dalam melestarikan nilai-nilai budaya Minangkabau. Acara puncak pelatihan dilaksanakan di Masjid Nurul Yaqin, Korong Tanjung Alai Timur, pada Selasa (7/10/2025).
Kegiatan adat tersebut dihadiri oleh Bundo Kanduang Kabupaten Padang Pariaman, Hj. Dra. Fatma Erni, bersama Ketua Bundo Kanduang Kecamatan Sungai Geringging, Yuslaini, S.Sos. Turut hadir pula Ketua KAN Kuranji Hulu, Aner Rky Dt. Bungsu, Wali Nagari Kuranji Hulu, Salman Hardani, ST, NL.P Dt. Rajo Harimau, serta tokoh masyarakat dan pemuda-pemudi dari Korong Tanjung Alai Timur. Kolaborasi antara tokoh adat, pemimpin nagari, dan masyarakat menjadi kekuatan dalam menjaga kelestarian budaya lokal.
Pelatihan adat ini dilaksanakan sebagai bentuk kepedulian terhadap pergeseran nilai di tengah masyarakat modern. Empat isu utama yang dibahas meliputi degradasi moral, pergeseran budaya, rendahnya pemahaman terhadap adat dan agama, serta meningkatnya pengaruh pergaulan bebas. Semua peserta berkomitmen untuk menanamkan kembali nilai luhur adat Minangkabau di tengah kehidupan sosial.
Menghidupkan Kembali Peran Urang Nan Ampek dan Tali Tigo Sapilin
Dalam pelatihan tersebut, para tokoh adat menegaskan pentingnya menghidupkan kembali peran “Urang Nan Ampek” dan “Tali Tigo Sapilin”. Kedua konsep ini menjadi fondasi utama dalam menjaga keharmonisan sosial di tengah masyarakat Minangkabau. Seperti pepatah adat mengajarkan, “Urang-urang nan maambek sabalun jatuah, maminteh sabalun hanyuik, bak bapatah adat malam baabih minyak, siang baabih hari.”
Nilai-nilai adat yang disampaikan bukan sekadar teori, melainkan panduan hidup yang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat Minang. Setiap ajaran adat memiliki makna mendalam yang menuntun manusia agar menjaga hubungan baik dengan sesama dan menghormati sesepuh. Dengan pemahaman yang benar, generasi muda diharapkan mampu meneladani dan meneruskan tradisi luhur ini.
Selain menumbuhkan kesadaran adat, pelatihan juga bertujuan mempererat tali persaudaraan antarkorong. Peserta diajak untuk aktif berdiskusi, memahami pepatah-petitih, serta mengaitkan makna budaya dengan kehidupan sehari-hari. Melalui kegiatan tersebut, masyarakat Kuranji Hulu semakin sadar bahwa adat adalah jati diri yang tidak boleh pudar oleh arus zaman.
Membangun Nagari Madani Berlandaskan Adat dan Syarak
Pelatihan adat ini menjadi bagian dari visi besar Nagari Kuranji Hulu untuk mewujudkan masyarakat madani, berprestasi, maju, dan sejahtera. Seluruh program dirancang agar sejalan dengan filosofi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandikan Kitabullah. Dengan semangat itu, masyarakat diharapkan dapat menyeimbangkan kehidupan sosial, budaya, dan spiritual.
Wali Nagari Kuranji Hulu, Salman Hardani, ST, NL.P Dt. Rajo Harimau, menjelaskan bahwa pelatihan adat telah berlangsung sejak 26 September hingga 7 Oktober 2025 di delapan korong. Ia menuturkan bahwa setiap kegiatan mendapat dukungan luas dari masyarakat. Menurutnya, keberhasilan ini menjadi bukti bahwa masyarakat Kuranji Hulu masih memiliki semangat tinggi untuk menjaga warisan adat.
“Pelatihan adat ini sudah dilaksanakan di seluruh korong yang ada di Nagari Kuranji Hulu. Harapan kami, kegiatan ini mampu memperkuat pemahaman masyarakat terhadap nilai adat dan budaya di lingkungan mereka,” ujar Salman Hardani.
Pelatihan Adat Bentuk Karakter dan Budi Pekerti Generasi Muda
Melalui kegiatan tersebut, masyarakat diajak memahami arti penting tata krama, sopan santun, dan akhlak mulia. Wali Nagari menegaskan bahwa pelatihan ini tidak hanya tentang upacara adat, tetapi juga pembentukan karakter. Nilai-nilai budaya diharapkan menjadi pedoman hidup bagi seluruh warga agar tetap berpegang pada norma sosial dan agama.
“Orang beradat punya tata krama, berbudaya punya tata cara, dan beragama punya akhlak serta sopan santun. Itulah makna dari Tali Tigo Sapilin dan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandikan Kitabullah,” tambah Salman.
Pesan moral yang disampaikan juga mencerminkan identitas sejati masyarakat Minangkabau. Seperti ungkapan bijak, “Bak kato urang, tau jo gendeng kato mereng, tau jo unak ka manyangkuik, alun bakilek lah bakalan.” Pepatah itu menjadi simbol kebijaksanaan dan kecerdikan orang Minang dalam menghadapi kehidupan. Dengan pelatihan seperti ini, nilai adat tidak hanya dipelajari, tetapi juga dihayati dan diamalkan.
Penulis: Jeki
