Ungkap Mitos Larangan Menyapu di Malam Hari, Bikin Rezeki Hilang?
![]() |
Ilustrasi Menyapu Malam Hari/Pixabay/jarooncmo |
Tintanesia - Dalam budaya Jawa, mitos nyapu malam hari sering dianggap sebagai pantangan yang bisa membuat rezeki menjauh. Pasalnya tidak sedikit orang tua zaman dulu menasihati anaknya, agar tidak membersihkan lantai setelah matahari terbenam.
Asal-usul larangan menyapu di malam hari sebenarnya berasal dari masa ketika penerangan rumah masih menggunakan lampu minyak atau obor. Waktu malam hari saat itu, bisa dibilang berisiko. Seperti embuat benda kecil seperti uang koin, anting, atau barang berharga ikut tersapu tanpa disadari.
Dari itulah muncul keyakinan bahwa menyapu di malam hari bisa menghilangkan rezeki.
Selain itu, orang Jawa dulu menganggap malam hari diidentikkan dengan waktu istirahat dan ketenangan. Sehingga melakukan pekerjaan rumah di waktu itu dianggap melanggar keseimbangan alam dan ritme kehidupan manusia.
Jadi tidak salah apabila mitos ini tumbuh sebagai bentuk kearifan lokal guna mengontrol masyarakat lebih teratur, rajin, dan bijak dalam mengatur waktu kegiatan harian.
Mitos Nyapu Malam Hari Punya Nilai Moral?
Setiap mitos Jawa mengandung pesan etika yang dalam, termasuk larangan menyapu malam hari. Nilai moral utamanya adalah tentang kedisiplinan, keteraturan, dan sikap hati-hati dalam menjaga keberkahan hidup. Melalui larangan sederhana ini, masyarakat Jawa menanamkan nilai bahwa setiap tindakan kecil bisa berdampak besar terhadap rezeki seseorang.
Sementara secara filosofis, menyapu malam hari diartikan sebagai bentuk tergesa-gesa dan ketidaktelitian. Sedangkan orang Jawa terdahulu mengajarkan, tergesa pada sesuatu sama saja kehilangan arah dan menutup peluang kebaikan.
Secara makna filosofi, larangan tersebut semacam mengingatkan agar setiap individu bersikap tenang, sabar, dan fokus dalam menjalankan tanggung jawab sehari-hari.
Tak hanya itu, mitos larangan nyapu malam hati ini juga mengandung pesan spiritual, loh. Yaitu berkenaan dengan keseimbangan antara siang dan malam.
Menurut orang tua dahulu, waktu malam dianggap sakral, yakni sebagai waktu manusia beristirahat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Nah, jika digunakan untuk pekerjaan duniawi, maka nilai ketenangan batin akan hilang, dan di situlah “hilangnya rezeki” dimaknai secara simbolis.
Makna Sosial dan Budaya dalam Kehidupan Modern
Dalam konteks masa kini, kepercayaan tentang menyapu malam hari bisa dimaknai lebih rasional. Larangan tersebut mendorong masyarakat agar tidak bekerja tanpa perhitungan, serta mengatur waktu seefisien mungkin. Melalui pemahaman ini, tentu nilai-nilai tradisional tetap relevan di tengah kehidupan modern yang serba cepat.
Selain itu, mitos ini juga mencerminkan hubungan erat antara manusia dan lingkungannya. Artinya masyarakat Jawa percaya, bahwa rumah yang bersih dan terawat menjadi cerminan hati yang damai. Namun, kebersihan bukan hanya soal menyapu, melainkan juga tentang menjaga suasana rumah agar nyaman, tenang, dan penuh keberkahan.
Maka itu mitos ini harus hidup di tengah pemuda yang diterpa barang-barang canggih. Mereka sangat perlu memahaminya agar mampu menghargai warisan budaya leluhur. Dengan begitu mereka bisa mengambil intisari ajarannya tanpa harus menelan mentah-mentah kepercayaannya.
Pesan Bijak dari Larangan Nyapu Malam Hari
Mitos nyapu malam hari sejatinya bukan untuk menakut-nakuti, melainkan mengingatkan agar setiap orang hidup teratur. Menyapu di pagi atau siang hari memberi waktu yang lebih ideal untuk bekerja dengan fokus. Sementara malam hari sebaiknya digunakan untuk istirahat, refleksi diri, atau kebersamaan bersama keluarga.
Keseimbangan hidup merupakan inti dari ajaran masyarakat Jawa yang penuh nilai kebijaksanaan. Mereka percaya, siapa pun yang menghargai waktu akan diberi kelancaran dalam rezeki dan kebahagiaan batin. Maka itu, larangan sederhana ini menyimpan filosofi mendalam tentang cara menjaga harmoni antara tenaga, pikiran, dan hati.
Dengan memahami makna di balik mitos ini, seorang Jawa tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga belajar tentang etika waktu dan tanggung jawab pribadi. Masyarakat modern dapat menafsirkan larangan ini sebagai simbol kesadaran untuk hidup rapi, disiplin, dan berhati-hati dalam segala tindakan.
Begitulah jika mitos larangan menyapu di malam hari dikaji dengan dengan baik. Seseorang akan menemukan hikmah dalam kehidupan. Terimakasih.*
Penulis: Fau