TERBARU

Mitos Bayi Keluar Rumah Sebelum Umur 40 Hari Bisa Rewel, Benarkah?

Mitis Bayi 40 Hari
Ilustrasi bayi belum berumur 40 hari/Pixabay/Pexels

Tintanesia - Pada masyarakat Indonesia, beredar keyakinan lama bahwa bayi tidak boleh dibawa keluar rumah sebelum usianya genap 40 hari. Tradisi ini masih dipegang kuat oleh sebagian besar keluarga, terutama di daerah pedesaan dan masyarakat yang menjunjung tinggi adat

Kepercayaan bayi belum berumur 40 hari tidak boleh dibawa keluar tersebut dianggap sebagai bentuk perlindungan, karena masih rentan dan membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.

Asal-Usul Kepercayaan 40 Hari Setelah Kelahiran

Mitos larangan membawa bayi keluar rumah sebelum 40 hari berakar dari pandangan tradisional masyarakat Nusantara. Angka ini dipercaya memiliki makna spiritual yang dalam dan sering dikaitkan dengan masa penyucian, pemulihan, serta perlindungan dari energi negatif. 

Masa ini, dianggap waktu penting bagi ibu dan anak untuk menjalani proses adaptasi serta menjauhkan diri dari gangguan makhluk tak kasat mata.

Dalam berbagai keyakinan termasuk Jawa dan Minang, periode ini juga dimaknai sebagai waktu bagi keluarga untuk menjaga keseimbangan antara dunia lahir dan dunia batin. 

Artinya, bayi dianggap masih suci dan belum memiliki kekuatan spiritual yang utuh, sehingga perlu dijauhkan dari pengaruh buruk lingkungan. Keyakinan tersebut diwariskan turun-temurun dan menjadi bagian dari ritual adat yang dijaga hingga sekarang.

3 Hal Terjadi Jika Bayi Dibawa Keluar Sebelum 40 Hari

Apa yang terjadi jika bayi di bawa keluar sebelum berumur 40 hari? Dalam artikel ini, Tintanesia akan membahas tuntas, yakni sebagai berikut:

1. Bayi Dipercaya Rentan Terhadap Gangguan Gaib

Salah satu mitos paling kuat yang berkembang tentang ini, dalah keyakinan bahwa bayi bisa diganggu oleh makhluk halus jika keluar rumah terlalu cepat. Dalam kepercayaan tradisional, bayi memiliki aura halus yang memancarkan cahaya spiritual sehingga menarik perhatian entitas gaib di sekitar. 

Nah inilah yang membuat banyak orang tua memilih untuk menunggu hingga masa 40 hari berlalu terlebih dahulu, sebelum mengizinkan anaknya dibawa ke luar ruangan.

Bahkan untuk mencegah gangguan tersebut, sebagian keluarga melakukan upacara kecil seperti membakar kemenyan, menyalakan dupa, atau membaca doa pelindung di sekitar rumah. Tindakan ini dipercaya mampu menutup “pintu gaib” agar roh jahat tidak mudah mendekat. 

2. Keyakinan Bayi Mudah Sakit Jika Keluar Rumah

Selain gangguan mistis, mitos ini juga menyinggung tentang kesehatan bayi yang dianggap mudah terserang penyakit. Udara malam, angin kencang, dan paparan lingkungan luar dipercaya bisa membuat tubuh sikecilnya lemah. Maka tidak sedikit keluarga menunda waktu membawa bayi keluar, sebelum sang buah hari dirasa cukup kuat dan kebal terhadap pengaruh cuaca.

Perlu sahabat Tintanesia ketahui, bahwa dalam pandangan masyarakat dulu, rumah dianggap sebagai tempat paling aman bagi anak yang baru lahir. Di luar rumah, bayi bisa terpapar udara lembap, suara bising, serta debu yang mengganggu pernapasan. 

3. Bayi Bisa Menjadi Rewel dan Sulit Tidur

Kepercayaan lain yang sering terdengar adalah anggapan bahwa bayi akan menjadi rewel atau menangis terus-menerus jika dibawa keluar rumah sebelum waktunya. Masyarakat meyakini bahwa energi di luar rumah bisa membuat anak menjadi tidak nyaman dan gelisah. Hal itu dianggap sebagai tanda bahwa bayi belum siap menyesuaikan diri dengan suasana baru yang lebih ramai dan penuh rangsangan.

Beberapa orang tua bahkan percaya bahwa tangisan bayi tersebut adalah bentuk protes karena merasakan gangguan dari makhluk halus. Oleh sebab itu, mereka memilih menunggu hingga usia 40 hari agar kondisi emosional dan spiritual sang anak menjadi lebih stabil. Walaupun terdengar mistis, keyakinan ini menggambarkan rasa kasih dan kepedulian mendalam terhadap kenyamanan serta ketenangan bayi.

Makna Simbolis di Balik Angka 40 Hari

Angka 40 dalam banyak tradisi Nusantara mengandung makna simbolis yang melambangkan penyucian dan keseimbangan hidup. Setelah melahirkan, ibu dan bayi diyakini sedang melalui masa peralihan antara kehidupan spiritual dan dunia nyata. Karena itu, masa 40 hari dianggap penting untuk menenangkan diri, memulihkan tenaga, serta menjaga keharmonisan antara jasmani dan rohani.

Dalam kepercayaan masyarakat, masa ini juga menjadi waktu sakral untuk memperkuat ikatan antara ibu dan anak. Hubungan batin yang tercipta diyakini akan membawa energi positif bagi pertumbuhan dan ketenangan bayi di masa depan. Kebiasaan ini, tentu menjadi wujud cinta yang dikemas dalam nilai-nilai budaya.

Pandangan Modern Mengenai Mitos ini

Dari sisi medis, tidak ada larangan mutlak membawa bayi keluar rumah sebelum 40 hari asalkan dilakukan dengan cara yang aman. Para tenaga kesehatan menekankan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, menghindari keramaian, serta memastikan bayi tidak terpapar udara ekstrem. Hal ini sejalan dengan pesan inti dari kepercayaan lama yang menekankan kehati-hatian dan perlindungan terhadap anak.

Walaupun mitos tersebut tidak memiliki dasar ilmiah, nilai moral dan kebijaksanaan di dalamnya tetap patut dihargai. Masyarakat dapat memaknainya sebagai bentuk perhatian orang tua terhadap kondisi bayi yang masih rapuh.

Dengan menggabungkan pengetahuan tradisional dan ilmu kesehatan modern, kepercayaan terkait bayi tidak boleh dibawa keluar rumah sebelum 40 hari bisa menjadi simbol keseimbangan antara budaya dan logika. Begitu ya teman-teman. Terimakasih!*

Penulis: Fau

Posting Komentar