Bunyi Keranda Bikin 4 Pemuda Jatim Kena Mental

ilustrasi empat pemuda membawa keranda di malam hari di kampung jawa timur
Ilustrasi empat pemuda membawa keranda di malam hari di kampung Jawa Timur. (Sumber: Ilustrasi AI Canva/Tintanesia)

Tintanesia, Jatim - B (Inisial), seorang warga asal Jawa Timur masih mengingat betul kejadian aneh yang pernah dialaminya bertahun-tahun silam. Kejadian itu, saat dirinya bersama 3 teman lainnya hendak mengembalikan keranda ke tempat semula. Pasalnya keranda itu sehabis digunakan sebagaimana mestinya.

Awalnya, perjalanan mereka terasa biasa dengan diselingi obrolan ringan dan tawa kecil di jalan desa yang sepi. Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi di tengah perjalanan. Yaitu ketika langkah mereka sudah setengah menuju lokasi tujuan, tiba-tiba terdengar suara keras dari arah keranda. 

Bunyi itu menyerupai dentuman seng Keranda yang dipukul dari dalam, membuat mereka spontan menghentikan langkah. B sempat berpikir apakah pendengarannya keliru, namun gumam kecil di hatinya segera berubah menjadi rasa ngeri yang tak dapat dijelaskan.

"Saya kira, ini hanya saya yang dengar," tuturnya, Selasa 21 Oktober 2025. 

Akhirnya di memberanikan diri melirik tiga teman lainnya, yang ternyata mereka tampak kaku dan saling pandang tanpa kata. 

Dari wajah-wajah itu, kata B melanjutkan ceritanya, seakan ada ketakutan yang sama. Sehingga malam itu tidak ada yang berani bicara, seolah-olah mereka sepakat membiarkan keheningan malam menjawab misteri itu. Bahkan keheningan itu hingga mereka berempat sampai ke tempat tujuan. 

Keranda Berbunyi Misterius Merusak Logika

Menurut cerita B, bunyi dari keranda itu hanya terdengar satu kali, namun keras dan jelas. Artinya tidak ada tanda-tanda lain yang menunjukkan keanehan selama perjalanan tersebut. Setelah keranda dikembalikan ke tempat semula, mereka hanya saling berpandangan dan memilih pulang tanpa membahasnya lebih lanjut.

Saat mengobrol lebih lanjut dengan Tintanesia, B mengaku tidak ingin terlalu jauh menafsirkan kejadian itu. Baginya, pengalaman tersebut hanyalah fenomena aneh yang mungkin memiliki sebab logis.

"Karena kalau dilanjutkan maka akan berkaitan dengan hal-hal semacam gaib. Apalagi jika peristiwa itu terjadi di malam hari, nuansa mistisnya semakin terasa kuat," ungkap dia seakan tidak hanya ingin fokus mengobrol pengalamannya. 

Apalagi, imbuh B melanjutkan, karena tidak ada kejadian lanjutan setelah itu. Tapi rasa penasaran tetap melekat di pikirannya hingga kini. Yakni, mengapa keranda bisa mengeluarkan bunyi padahal tidak disentuh siapa pun? Pertanyaan itu, dia, menjadi semacam teka-teki enggan bisa terjawab. 

Mitos Keranda Bergerak Sendiri

Ternyata dalam budaya masyarakat Jawa Timur, cerita tentang keranda yang bergerak atau berbunyi sendiri bukanlah hal asing. Ada kepercayaan lama yang menyebutkan bunyi atau gerakan keranda di malam tertentu menandakan akan ada kematian di kampung tersebut. 

Cerita seperti ini diwariskan turun-temurun, bahkan menjadi bagian dari kisah mistik yang kerap dibicarakan di warung kopi atau acara malam tahlilan.

B sendiri menganggap kisah itu menarik, meski tidak sepenuhnya percaya. Menurut dia, pandangan masyarakat sering kali dibentuk oleh pengalaman turun-temurun dan ketakutan terhadap hal yang belum bisa dijelaskan.

“Dulu orang tua bilang, kalau keranda bergerak sendiri, berarti ada yang ‘menjemput’,” tuturnya sambil tersenyum kecil.

Dia berpendapat, mitos tersebut bisa dianggap bagian dari warisan budaya lisan yang perlu dipahami secara bijak. Maksudnya, tidak semua cerita aneh harus ditafsirkan secara harfiah. Kadang, kepercayaan seperti itu muncul karena ketidaktahuan akan sebab ilmiah. 

Soal Keranda Berbunyi Bikin Takut

Bercerita tentang keranda bagi sebagian orang mungkin dianggap tabu, karena benda itu selalu dikaitkan dengan kematian. Tetapi bagi B, pengalaman tersebut bukan semata kisah menyeramkan, melainkan pengingat bahwa manusia sering terburu-buru menilai sesuatu sebagai gaib sebelum mencari penjelasan logis. 

Dia menyadari, banyak orang lebih suka membiarkan misteri tetap misteri, karena rasa takut justru memberi warna pada kehidupan sehari-hari.

Di sisi lain, masyarakat desa kerap menunjukkan sikap hormat terhadap benda-benda yang berhubungan dengan kematian. Keranda, kain kafan, atau pusara sering dianggap memiliki “aura” tertentu yang tidak boleh diperlakukan sembarangan.

Hal itu membuat siapa pun yang berinteraksi dengannya menjadi lebih hati-hati dan penuh perasaan. Dengan adanya rasa takut bercampur dengan penghormatan, batas tipis antara dunia nyata dan keyakinan spiritual akan tercipta meski kecil. 

Menurut B, tidak salah bila orang masih mempercayai hal-hal seperti itu selama tidak berlebihan. “Selama tidak merugikan siapa pun, mitos tetap bisa jadi pelajaran,” ujarnya. 

Pengalaman aneh itu, ujar B berpendapat, justru membuat seseorang lebih menghargai kepercayaan orang lain tanpa harus menolak logika. Karena di balik setiap cerita mistik, selalu ada nilai moral yang bisa dipetik.

Menemukan Penjelasan Rasional di Balik Misteri

Meski terdengar mistis, B menegaskan, kejadian tersebut mungkin saja memiliki penjelasan sederhana. Suara keras dari dalam keranda bisa saja berasal dari hewan kecil seperti tikus yang bersembunyi di sela bambu atau kayu. 

"Bisa pula disebabkan oleh tekanan udara yang berubah akibat guncangan saat dibawa berjalan. Angin malam yang kencang pun berpotensi menimbulkan bunyi pada benda logam atau seng," kata dia memperkuat pikiran Tintanesia. 

Penjelasan rasional itu tidak menafikan sisi misterius yang dirasakan. Justru, menurut B, keseimbangan antara logika dan kepercayaan membuat hidup lebih tenang. Masyarakat perlu membuka diri terhadap penjelasan ilmiah tanpa menghapus nilai-nilai tradisi yang telah mengakar. 

"Dengan begitu, mitos tidak lagi menjadi sumber ketakutan, melainkan warisan budaya yang bisa dijelaskan dari berbagai sudut pandang," tambahnya. 

Mitos Bunyi Keranda itu Misteri? 

Cerita B tentang keranda berbunyi menunjukkan bahwa peristiwa sederhana dapat meninggalkan kesan mendalam bagi siapa pun yang mengalaminya.

Entah dianggap kebetulan atau pertanda, peristiwa itu mencerminkan betapa kuatnya hubungan masyarakat desa dengan nilai spiritual dan kearifan lokal. Setiap kejadian, sekecil apa pun, sering dipahami sebagai bagian dari tanda kehidupan yang lebih besar.

Pada akhirnya, B hanya tersenyum setiap kali mengingat pengalaman lamanya itu. Ia tidak lagi takut, tetapi justru merasa bersyukur pernah mengalaminya. 

Sebab dari bunyi keranda yang misterius itu, dia belajar bahwa di antara batas nalar dan kepercayaan, selalu ada ruang untuk rasa hormat terhadap hal-hal yang tidak bisa dijelaskan sepenuhnya.*

Penulis: Fau

1 komentar
Batal
Comment Author Avatar
Herol
Kak,,, kalau bisa buat konten unik berseri,,, biar informasi atau ilmunya luas